Kisah

1. Bertahan dari Gunjingan Orang

Kisah ini menceritakan tentang Syekh Lukman dan anaknya. Suatu ketika Ibnu Lukman yaitu anak beliau, menangis di pangkuannya dan bertanya pada beliau. "Kenapa aku sudah berbuat baik kepada semua teman-temanku, tapi semua malah membenciku, lebih baik aku tak berteman lagi dengan mereka"
Dengan bijak beliau menyabarkan anaknya, dan mengajaknya berkeliling menaiki seekor keledai untuk menghibur dan mengajarinya. Saat mereka melewati sebuah kampung, semua orang mengatakan bahwa Ibnu Lukman kurang ajar karena ia menaiki keledai itu dan membiarkan ayahnya yang sudah tua berjalan menuntunnya.
Mendengar itu lalu ayahnya bergantian naik keledai itu dan Ibnu Lukman menuntunnya. Setelah sampai di depan Istana, semua prajurit memandang mereka dan mencela Syekh Lukman karena tak tau diri,sebab telah membiarkan anaknya yang masih kecil berjalan menuntun keledainya.
Sehingga akhirnya mereka berdua menaikinya bersama-sama. Tibalah mereka disebuah pasar, melihat keledai yang gontai karena tidak kuat membawa mereka, Semua orang di sana berkelakar menghina mereka dengan mengatakan bahwa ayah dan anak sama-sama kejamnya.
Tak ada pilihan lain, lalu Syekh Lukman turun dan bersama anaknya, berjalan menuntun keledai tanpa dikendarai hingga melewati sekelompok pelajar, akhirnya semua menertawakan mereka dengan berkomentar bahwa mereka sangat bodoh karena membiarkan keledai tanpa di kendarai. Setelah melihat semua kejadian itu, Ibnu Lukman pun tertawa dan mengatakan kepada ayahnya. "Oohh..ternyata apapun yang kita lakukan, akan selalu buruk di mata orang dan akan selalu di salahkan oleh orang lain..."
Tanya Ayahnya "Kau sudah tahu nak..?". Ibnu Lukman kemudian menjawab "Maafkan aku ayah".

Anggapan orang bukanlah karena apa yang kita perbuat, tetapi apa yang mereka pikirkan. Keburukan kita yang di cela orang lain, itu adalah nasehat. Dan kebaikan kita yang dinilai buruk oleh orang lain adalah tambahan pahala. Kenapa kita harus mengeluh...?

^_^ mzQ ^_^

2. Keadilan Allah Tiada Yang Tahu

Nabi Musa as adalah hamba Allah yang taat, namun umatnya sangat ingkar kepadanya sehingga wajar tatkala keingkaran umatnya semakin menjdi-jadi, membuat beliau sedikit putus asa. Sampai akhirnya beliau meminta kepada Allah agar mau menunjukkan kepada beliau, akan ke Maha Adilan Allah untuk membuat beliau semakin gigih memperjuangkan agama Allah.
Awalnya Allah tidak mau menunjukkan keadilan-Nya kepada beliau, karena pasti beliau tak akan sabar melihat Keadilan yang akan Allah tunjukkan. Tetapi beliau terus memohon dan berjanji apapun yang akan terjadi, beliau akan bersabar. Lalu Allah kabulkan permintaan beliau dengan memerintahkannya naik ke atas bukit dan bersembunyi di belakang sebuah batu besar, dengan syarat beliau tetap diam melihat apapun yang akan terjadi nanti.
Dari pagi hingga sore beliau berada di tempat itu, seekor semutpun tak ada yang lewat di hadapan beliau. Sehingga waktu yang sangat lama itu hampir saja membuat beliau tidak bersabar dan meninggalkan tempat itu. Namun beliau ingat akan janjinya, bahwa beliau akan terus bersabar apapun yang akan terjadi.
Beliau pun menahan dirinya, baru saat senja mulai tiba, datanglah seorang saudagar kaya mengendarai kudanya, menghampiri sebuah kolam di depan batu tempat beliau bersembunyai. Beliau memperhatikanya, berharap inilah keadilan yang Allah maksud. Saudagar kaya itu menaruh pedang dan sekantung uang emas di atas sebuah batu yang besar dan lebar, untuk turun mengambil air minum ke kolam itu. Sampai-sampai ia kemudian pergi dan lupa telah meninggalkan kantung uang emasnya. Nabi musa pun hampir saja tidak sabar, ingin keluar dari persembunyiannya untuk mengembalikan uang itu, namun beliau ingat kepada janjinya, maka beliaupun membiarkan uang itu di atas batu.
Tak lama, datanglah seorang anak kecil usai bermain, lalu mandi di kolam itu. Saat anak kecil itu selesai mandi dan akan kembali memakai bajunya yang ia taruh di atas batu besar itu. Ia menemukan uang itu dan membawanya pulang. Nabi Musa kembali hampir saja tidak sabar dan ingin mencegah anak itu mengambilnya, namun beliau ingat janjinya, dan hanya diam.
Setelah hari mulai gelap, datanglah seorang kakek tua ke tempat itu dan mengambil air wudlu dari kolam, kemudian sembahyang di atas batu tadi. Selesai ia sembahyang, saudagar kaya itu datang lagi ke tempat itu untuk mencari uangnya yang ketinggalan. Namun ia mendapati seorang kakek tua yang sedang duduk bersila di batu tempat ia meletakkan uang tadi, ia kemudian mencarinya namun tidak ditemukan. Akhirnya saudagar kaya itu menuduh kakek tua itulah yang mengambilnya. Karena kakek tua itu tak mau mengaku maka di bunuhlah olehnya.
Melihat kesewenang-wenangan ini, Nabi Musa kemudian ingin sekali keluar dan mencegah semuanya, serta ingin menceritakan yang sesungguhnya telah terjadi, dan ingin menolong kakek itu yang sedang sekarat. Akan tetapi beliau sudah berjanji kepada Allah untuk bersabar melihat apapun yang akan di tunjukkan Allah. Setelah saudagar kaya itu pergi, beliaupun tak sanggup menahan diri ingin menolong kakek itu. Saat beliau hendak keluar, tiba-tiba muncullah malaikat jibril di depan beliau, sehingga membuat beliau kaget dan tersungkur ke belakang.
Malaikat jibrilpun menegur Nabi Musa dengan mengatakan "Bukankah Allah sudah berkata bahwa engkau tidak akan sabar melihat keadilan Allah, kenapa engkau terus memaksa..?". Nabi Musa menjawab "Di mana keadilan Allah itu, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi..?"
Kemudian Jibril bercerita, "Tahukah kamu siapa saudagar kaya itu, anak dan kakek tua itu?, jika kau belum tahu maka dengarkanlah..!. Saudagar kaya itu dulu mempunyai seorang budak laki-laki, namun selalu ia aniyaya, tidak pernah di beri upah dan hanya di beri makanan sisa. Sampai akhirnya budak itu melarikan diri dan menikah dengan seorang perempuan kemudian mempunyai satu anak laki-laki, yaitu anak tadi yang mengambil uangnya. Saat budak itu dan keluarganya hijrah ke Negeri seberang, mereka di hadang rombongan perampok dan berhasil membunuh ayah dan ibu dari anak itu. Dan pemimpin rampok tadi adalah kakek tua itu sebelum kemudian ia bertaubat. Apakah menurutmu Allah tidak adil dengan semua yang kau lihat..?" Beliaupun kemudian sujud dan mohon ampun kepada Allah.

Apa yang Allah beri kepada kita adalah wujud ke Maha Adilan Allah, namun kita tak pernah memahaminya, karena kebodohan dan nafsu kita. Apakah engkau masih ragu Dengan keadilan Allah..?

^_^ mzQ ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar